Home Default Blog
DAUNJATI, Bandung – Kamis, (4/5) Keluarga Mahasiswa Televisi dan Film (KMTF) menyelenggarakan kegiatan nonton dan diskusi film eksperimental karya mahasiswa film ISBI Bandung. Kegiatan yang menampilkan 5 film dari 5 sutradara ini diberi judul Cinecussion #4 dan diadakan di ruangan Pusat data dan informasi (PUSDATIN) ISBI Bandung. Cinecussion merupakan kegiatan rutin yang diadakan KMTF selama dua kali dalam sebulan, tepatnya minggu pertama dan minggu ketiga dalam satu bulan.
Dalam menyelengarakan Cinecussion #4 ini, KMTF memiliki semangat untuk meningkatkan antusiasme film maker dalam berkarya. Seperti yang di jelaskan oleh ketua panitia, Tri Setiani saat ditemui Daunjati, Awalnya acara ini merupakan program kerja tahunan KMTF, ini juga yang kedua melanjut (program) tahun kemarin. Terus kali ini, kita ngasih ruang buat mahasiswa untuk mempresentasikan karyanya, agar bisa dikaji dan menjadi sharing pengetahuan bersama apresiator. Cinecussion ini rencananya akan berlangsung selama setahun ini, ujarnya dengan senyum tenang.
Kegiatan nonton dan diskusi ini, diikuti oleh mahasiswa film ISBI Bandung, dengan menayangkan 5 film eksperimental karya sutradara dari mahasiswa Film dan Televisi ISBI Bandung. Film eksperimental yang ditayangakan diantaranya Junk Food oleh Bayu Yanuar Akbar, Nox oleh Fajar Purnama, The Earth Before We Know oleh Rizky Rayadi, Likeable oleh Otte Rizky, dan Self Injury oleh Dhena Nuranisa. Setelah pemutaran 5 film tersebut, acara pun di lanjutkan dengan Diskusi. Diskusi dibagi menjadi dua sesi dengan dua moderator yaitu Jimbo dan Fakhrun Mubarak. Sesi pertama dua film yang ditayangkan karya Bayu Yanuar Akbar dan Fajar Purnama. Film Junk Food, berawal dari keresahan Bayu selaku sutradara yang bosan dengan makanan cepat saji yang sedang hits di zaman sekarang. Bayu membuat film ini dengan memvisualkan seseorang yang makan beras kemudian memakan kotorannya sendiri. Bayu bereksperimen di filmnya dalam ide cerita manusia yang memakan kotorannya sendiri. Berbeda keresahannya dengan Fajar Purnama, sutradara dari film Nox yang ditayangkan kedua di sesi pertama, film mengangkat tentang seorang pria yang cintanya ditolak oleh perempuan. Fajar sendiri bereksperimen dalam filmnya memalui artistik pemeran ke dalam tokoh badut dan dalam filmnya Fajar menggunakan teknik editing yang berbeda. Selain itu film Nox ini juga pernah masuk dalam festival kategori film eksperimental di Canada. Moderator diskusi pertama oleh Jimbo menyimpulkan bahwa kedua film di sesi pertama memiliki pesan yang ingin disampaikan oleh sutradaranya. Selain itu, bereksperimen itu penting agar bisa menciptakan sesuatu yang baru. Apalagi dalam bidang film, mencoba hal yang baru agar memberikan sesuatu yang baru di bidang film itu penting.

Di sesi kedua, giliran film yang disutradarai Rizky Rayady, Otte Rizky, dan Dhena Nuranisa. Ketiga film mereka memiliki ciri khasnya masing-masing, salah satunya film The Earth Before We Know oleh Rizky Rayady yang bereksperimental melalui artistik dan editingnya. Filmnya mengiblat pada budaya India, dimana pemeran dianalogikan sebagai Dewa Krisna yang menciptakan hal-hal untuk mengisi bumi. Eksperimennya terdapat pada artistik talent yang memiliki wajah dan tubuh yang biru serta editing yang membuat talent menghilang dan menciptakan hal-hal untuk mengisi bumi yang tiba-tiba ada. Tidak kalah menarik dengan film yang disutradarai Otte Rizky, film Likeable hanya memiliki satu shot sepanjang film selesai. Film tersebut bertujuan agar penonton lebih merasakan langsung ke dalam film, dan memang berhasil membuat penonton merasakan langsung filmnya. Likeable diperankan satu wanita yang membunuh seorang laki-laki dan membawa jantung dari tubuh laki-laki yang dia bunuh dan menyekap seorang perempuan. Maksud film ini memberikan pesan ketika manusia diberi hati malah meminta jantung. Film ini sangat menarik, di tambah dengan sutradara yang bereksperimen pada artistik jantung manusia yang diambil dari jantung babi sungguhan. Film terakhir di sesi kedua ini adalah film Self Injury merupakan film penutup pada diskusi film Cinecussion yang keempat ini, dalam diskusi film ini Dhena selaku sutradara bereksperimen dengan memberikan konsep pada talent laki-laki yang terobsesi menjadi perempuan dan kemudian malah menyakiti dirinya sendiri. Film ini bermaksud untuk menyampaikan bahwa Self Injury adalah kelainan jiwa, dimana manusia terobsesi untuk sempurna dan menyakiti dirinya sendiri.
Diskusi ditutup dengan kesimpulan dari Fakhrun Mabarak selaku moderator kedua, bahwa semua film merupakan kompleksitas aktivitas manusia yang dibuat menjadi sebuah karya. Dan semua hal bisa dieksperimentalkan. Nah, untuk Cinecussion selanjutnya tentu bakal lebih menarik lagi, jadi sempatkan diri anda untuk menonton film dan diskusi langsung bersama sutradaranya. Untuk mengetahui jadwal pemutaran film selanjutnya, bisa kita dapatkan dengan mem-follow akun @cinecussion_kmtf di instagram. Spirit Film! Action!
[Wartawan Magang – Salsiah]
Editor – Ganda Swarna