Home Default Blog
“Pasar bisa diciptakan, pasar bisa diciptakan” merupakan lirik lagu dari grup musik Efek Rumah kaca, dan sebagaimana lirik lagu tersebut, Jakarta Doodle Fest merupakan salah satu ruang untuk menciptakan pasar seni visual. Pasar tersebut lahir dari pertanyaan co-founder JDF, yaitu Crishtine saat konferensi pers (1/11) “ini beli di mana sih?” pertanyaan tersebut merujuk pada merchandise dari karya seorang seniman visual, mulai dari sticker, keychain, buku, poster, kaos dan berbagai pernak-pernik lainya dari hasil karya kreator seni visual.
Keterlibatan seniman visual seperti Muklay menjadi cikal bakal lahirnya Jakarta Doodle Fest pertama pada tahun 2023. Muklay mempunyai keresahan yang sama terhadap ekosistem pasar seni yang begitu sedikit di Jakarta. Pada saat konferensi pers JDF 2024, Muklay bercerita bahwa terdapat kerumitan melakukan open submit karya dalam suatu pameran. Dia juga melihat bahwa yang dapat masuk kurasi hanya orang terdekat dari seniman dengan kuratornya. Jadi, untuk seniman yang baru merintis sangat susah. Hal tersebut membawanya untuk menciptakan ekosistemnya sendiri.
Puncak dari idenya adalah ketika NFT (Non-Fungible Token) sempat marak pada tahun 2021. Di dalam NFT, seniman dan apresiator tidak mesti masuk ke dalam ruangan untuk saling bertemu, ruang NFT menjembatani kesulitan tersebut. Dari sana, Muklay berpikir bahwa pameran atau ruang untuk bertemu tidak terlalu penting, bahwa popularitas seorang seniman bisa didapatkan di ruang media sosial. Lalu, dia bertemu dengan Crishtine dan membuat ruang JDF. Yang menjadi menarik dari Jakarta Doodle Fest ini adalah seniman yang open submit tidak menggunakan cara kuno dengan mengirim lewat gmail dan konsep yang bla-bla-bla, tetapi dengan melihat perkembangan seniman dan karyanya di media sosial. Muklay mengatakan bahwa hal ini menjadi menarik karena mereka melakukan ini semata-mata untuk menghindari kedekatan.
PASAR SENI JDF HANYA UNTUK KALANGAN MENENGAH KE ATAS
Lebih dari 100 tenant dari berbagai kreator seni visual hadir dalam acara Jakarta Doodle Fest 2024 yang berlangsung dari tanggal 1 sampai 3 November 2024, di Taman Ismail Marzuki. Selama dua hari melihat dan berinteraksi dengan berbagai kreator seni visual, pasar produk JDF terbuka untuk orang-orang kalangan menengah ke atas, hal ini dibuktikan dari harga yang relatif cukup mahal. Dari yang paling murah yaitu sticker dari berbagai tenant di lantai dua dan tiga, rata-rata harganya sekitar delapan ribu rupiah dengan jenis kertas sticker chrome, bahan sticker yang paling murah dan bisa ditemukan di berbagai tenant. Harga tersebut akan menjadi asing untuk orang yang mendang-mending karena kualitas bahan dan visual yang tidak layak dengan apa yang diproduksi. Selanjutnya, keychain atau gantungan kunci yang rata-rata harganya 35 ribu rupiah dengan ukuran 5×5 cm, sampai yang paling mahal 150 ribu rupiah dengan ukuran 10×10 cm. Merchandise lain seperti kaos yang relatif standar di harga 150-200 ribu rupiah, tetapi menggunakan bahan kaos seperti bahan kaos partai. Selain itu, terdapat merchandise yang paling mahal seperti figure dan miniatur dari salah satu kreator seni visual, yaitu Skudeye bisa sampai seharga 1 juta rupia
Hal ini berarti pasar seni Jakarta Doodle Fest hanya bisa dinikmati oleh orang-orang kalangan menengah ke atas karena dari harga yang ditawarkan dapat membuat pembeli berpikir dua kali. Meski harga tersebut mempertimbangkan harga produksi, ide dan harga tenant, tetapi di sanalah letak pasar seni ini hanya bisa dinikmati oleh kalangan menengah ke atas.
UPAYA UNTUK MEMBANGUN EKOSISTEM PASAR SENI
Upaya yang dilakukan Muklay dan kawan-kawan korporatnya adalah salah satu cara untuk menembus pasar seni visual ke ranah yang lebih tinggi bahwa ruang-ruang seperti JDF mesti ada untuk mensejahterakan para kreator seni visual. Jakarta Doodle Festival juga mencoba mengedukasi para seniman bahwa karyanya mesti diajukan IP (Intelektual Properti) atau paten, merek dagang, hak cipta, rahasia dagang dan desain industri. JDF menyadarkan pentingnya Hak Cipta suatu karya untuk menanggulangi plagiarisme.
Jakarta Doodle Festival adalah salah satu blueprint untuk membangun ekosistem pasar seni bagi seniman visual, tetapi juga untuk bisa mencapai tingkat seperti Jakarta Doodle Festival harus diiringi dengan kesadaran audiens secara kelas karena pada akhirnya konsep JDF hanya bisa tercapai jika dilaksanakan di tempat urban seperti kota Jakarta meski pada realitasnya ada beberapa ruang pasar dengan cakupan ruang lingkup yang lebih kecil, seperti dilakukan di kampus atau kelompok seni yang sering mengaktivasi ruang-ruang kolektif dan disanalah akan hidup pasar-pasar seni yang lebih kecil dan hangat.
Penulis : Resa Ramadhan
Dokumentasi : Resa Ramadhan
Penyunting : Acep Muhamad Sirojudin