Home Default Blog
Senin, 4 November 2024, Rawayan Mahasiswa Program Etnostudi (RAMPES) bersama Penerbit baNANA dan Patjar Merah menggelar acara MEMBUMI Vol.4 (Membedah Buku Menimba Ilmu Vol.4) dengan tajuk “Bedah Buku Sebelum Hancur Lebur Bersama Martin Suryajaya” yang dilaksanakan di Studio Film ISBI Bandung.
Kegiatan MEMBUMI Vol.4 ini diisi oleh pembedahan buku, sesi tanya jawab, serta book stand penjualan buku-buku terbitan Penerbit baNANA. Dalam kegiatan ini, RAMPES yang bekerja sama dengan Penerbit baNANA dan Patjar Merah menghadirkan Martin Suryajaya, selaku penulis buku Sebelum Hancur Lebur sebagai pemateri dalam kegiatan bedah buku yang dimoderatori oleh Tukuh Takdir Sembada, S.Fil., M.A.
Dalam bedah buku ini, Martin Suryajaya memaparkan bahwa novel “Sebelum Hancur Lebur” sejatinya merupakan lanjutan dari sekuel novel sebelumnya yang berjudul “Kiat Sukses Hancur Lebur”, dengan tokoh Anto Labil –seorang anggota kelompok sastra radikal dekade 90-an yang aktif di Semarang– sebagai tokoh utama dalam kedua novel tersebut. yang mana novel “Kiat Sukses Hancur Lebur” berangkat dari keresahan Martin ketika memasuki toko buku kemudian melihat setumpuk buku yang menawarkan kesuksesan.
“Novel yang itu (Kiat Sukses Hancur Lebur) dibikin ketika awalnya saya mengamati toko buku, yang mana ketika saya masuk toko buku, yang biasanya di dekat kasir, penuh dengan tumpukan buku yang menawarkan kesuksesan, seperti buku motivasi dan kiat sukses tes CPNS. Nah, ini yang saya pikirkan ‘kok bisa ya orang belajar pada orang untuk mencapai kesuksesan?’ yang kemudian saya membayangkan seorang sastrawan yang tidak terkenal menulis suatu kiat untuk menuju kesuksesan menjadi sastrawan,” tutur Martin.
Berbeda dengan novel sebelumnya –”Kiat Sukses Hancur Lebur”, novel “Sebelum Hancur Lebur” menceritakan tokoh Anto Labil yang mengikuti acara Temu Sastra di Ternate, namun alih-alih mengikuti jalannya Temu Sastra dengan para sastrawan lain, Anto Labil malah mencuri kapal penduduk dan berlayar hingga terdampar di sebuah pulau tak berpenghuni. Di pulau inilah Anto Labil menemukan sebuah mukjizat tentang masa depan sastra Indonesia.
“Buku sebelum hancur lebur itu sebetulnya bercerita seorang penyair dari Semarang yang pada sebuah peristiwa Temu Sastra Indonesia, pada jalan ceritanya panitia (Temu Sastra) secara administrasi tidak beres sehingga hampir semua sastrawan yang diundang ke sana bermasalah, hingga mereka (para sastrawan yang diundang ke acara Temu Sastra) terkatung-katung di Ternate… hingga tokoh utama berlayar dan terdampar di pulau tak berpenghuni di situlah ia mendapatkan penglihatan mengenai peristiwa sejarah sastra Indonesia,” jelas Martin mengenai sinopsis buku “Sebelum Hancur Lebur”.
Dalam pembedahan isi buku, Martin mengungkapkan bahwa novel “Sebelum Hancur Lebur” erat berkaitan dengan perubahan sastra di zaman sekarang. Martin menyinggung secara implisit Artificial Intelligence (AI) dan media sosial dipandang sebagai potensi pengganti sastra di masa depan.
“… Dalam “Sebelum Hancur Lebur” menampakkan bahwa sastra Indonesia (dapat) digantikan AI dan medsos. (faktornya) kan kalau membaca sastra itu lama, berbeda dengan membaca medsos seperti twitter, yang (produksi tulisan dan membacanya) lebih cepat.” Jelas Martin.
Dalam MEMBUMI Vol.4 ini antusiasme audiens dalam mengikuti diskusi cukup tinggi. Pertanyaan-pertanyaan seputar sastra, proses kreatif penulis, pertanyaan seputar kiat-kiat mempertahankan produktivitas menulis, serta tanggapan perihal sastra di zaman sekarang pun banyak audiens lontarkan pada Martin Suryajaya. Lebih dari itu, pertanyaan seputar seni rupa Indonesia dan generasi terburuk sastra Indonesia pun didiskusikan bersama-sama dalam MEMBUMI Vol.4 ini.

Kegiatan MEMBUMI Vol.4 yang diinisiasi oleh RAMPES yang bekerja sama dengan Penerbit baNANA dan Patjar Merah ini pun mendapatkan apresiasi positif dari audiens, salah satunya dari Agus. Agus menuturkan bahwa MEMBUMI Vol.4 ini dirasa menarik, karena menghadirkan langsung penulis buku yang juga dosen filsafat sebagai narasumber dalam diskusi.
“Acara MEMBUMI tadi cukup menarik, apalagi narasumbernya juga salah satu dosen filsafat yang cukup dikenal di media sosial karena setau saya beliau aktif juga di akun YouTube, kadang-kadang saya juga mengikuti konten beliau. Bagus acaranya,” tutur agus
Selain itu, Agus menyampaikan bahwa rangkaian kegiatan bedah buku dan diskusi bersama Martin Suryajaya dalam acara MEMBUMI Vol.4 ini pun memberikan dampak positif. Menurutnya, diskusi dan bedah buku ini memberikan insight baru tentang sastra di tengah gempuran teknologi yang semakin maju.
“Saya mendapat insight baru, wawasan baru mengenai bagaimana sih si sastra ini tetap bertahan di era gempuran-gempuran teknologi. Terus pandangan beliau juga soal hal tersebut (sastra dan kemajuan teknologi) cukup tajam dan menjadi penambah wawasan saya.” ujar Agus.
Riza Fathur, selaku Ketua RAMPES, menyampaikan harapan bahwa dengan diadakannya kegiatan MEMBUMI ini dapat menjadi suatu upaya dalam meningkatkan literasi dan pengetahuan melalui bedah buku yang didasari keresahan akan minimnya wadah diskusi dan bedah buku.
“Melalui MEMBUMI dan melalui bedah buku, menurut research dari kami (RAMPES), dalam (kegiatan) literasi masih minim (dilaksanakan), bukan soal anggota yang kurang literasi, tetapi wadahnya yang dirasa menurut kami masih kurang. Makanya MEMBUMI ini lahir dari keresahan pengurus (RAMPES) kalau wadah literasi dan wadah bedah buku masih kurang, lalu (wadah diskusi dan bedah buku) itu diinisiasi oleh kami (lewat MEMBUMI).” jelas Riza Fathur.
Penulis : Purwa Sundani
Dokumentasi : Muhammad Anugrah Fajar Mahardika
Penyunting : Ossa Fauzan Nasrulloh