Home Default Blog

NGOBARRUN: FORUM DISKUSI AMAN DAN INKLUSIF MENYAMBUT HARI PEREMPUAN INTERNASIONAL
ARTIKEL

NGOBARRUN: FORUM DISKUSI AMAN DAN INKLUSIF MENYAMBUT HARI PEREMPUAN INTERNASIONAL

Rabu, 26 Februari 2025, Kolektif Amateerrun menggelar forum diskusi terbuka bertajuk “Ngobarrun: Ngobrol Bareng Amateerrun” yang dilaksanakan di Pendopo Mundinglaya ISBI Bandung. Pada kesempatan ini, forum Ngobarrun yang digagas Kolektif Amateerrun mengangkat tema “Bincang Puan Untuk Hari Puan” sebagai rangkaian untuk menyambut peringatan Hari Perempuan Internasional 2025 yang akan diselenggarakan pada 8 Maret 2025.

Diskusi ini membahas seputar isu-isu perempuan dan feminisme, seperti bahasan tentang penindasan perempuan, patriarki, keresahan-keresahan perempuan, masalah isu rumah tangga, dan kekerasan yang terjadi pada perempuan serta diskriminasi sosial yang ditujukan pada perempuan. Dan terakhir dilanjutkan dengan sesi pembacaan isu-isu yang diangkat pada saat IWD 2025 nanti. Adapun tujuan dari forum Ngobarrun adalah sebagai bentuk penciptaan ruang aman bagi perempuan dan kelompok minoritas gender, meningkatkan awareness perempuan tentang adanya budaya patriarki di masyarakat Indonesia, serta sebagai bentuk upaya saling rangkul antar sesama perempuan dengan tujuan saling mendukung satu sama lain.

Sesi diskusi dan berbagi dalam forum Ngobarrun di Pendopo Mundinglaya ISBI Bandung. Rabu, 26 Februari 2025. (Foto: Kolektif Amaterrun)

Fai dari Kolektif Amateerrun menyatakan bahwa Amateerrun sendiri sebagai penyelenggara diskusi, mempunyai harapan yakni ingin  mewujudkan ruang diskusi, berbagi, dan ruang saling merangkul sesama perempuan maupun gender lain yang sering mendapat diskriminasi. “Dari aku dan temen-temen sih pengen ngerangkul temen-temen perempuan maupun gender lain diruang yang cakupannya lebih luas.” ujar Fai.

Meskipun bahasan dalam Ngobarrun ini banyak membahas seputar isu perempuan dan feminisme, partisipan Ngobarrun tidak hanya terbatas pada perempuan, melainkan terbuka bagi siapa saja, termasuk laki-laki, sehingga Ngobarrun menjadi ruang diskusi dan berbagi yang aman serta inklusif.

Menurut penuturan Dewi, salah seorang partisipan, menyatakan bahwa Ngobarrun merupakan kegiatan yang menjadi ruang aman. Menurutnya, Ngobarrun merupakan kegiatan yang mewadahi perempuan maupun kalangan minoritas yang membutuhkan ruang aman, karena mengingat belum banyak kegiatan-kegiatan yang memiliki ruang aman seperti yang terjadi hari ini (Terutama di kampus ISBI Bandung). “Ngobarrun itu kan ruang aman, kan, (kegiatan seperti) Ngobarrun itu jarang ditemukan, jadi dengan adanya Ngobarrun ini tuh aku dan teman-teman menemukan ruang aman.” tutur Dewi.

Meskipun partisipan diskusi masih berjumlah belasan, namun dengan digelarnya Ngobarrun ini, keresahan-keresahan yang dialami oleh perempuan dapat dituangkan dengan rasa aman tanpa adanya tekanan diskriminasi apa pun dan dari siapapun. Baik partisipan maupun penyelenggara berharap bahwa Ngobarrun ini dapat menjadi kegiatan yang dapat merangkul sesama perempuan, golongan tertindas, serta sebagai forum untuk mengkaji masalah seputar perempuan dan feminisme di masa kini, di samping menjadi ruang diskusi yang aman bagi sesama.


Penulis: Aris Junaedi, Rizki Bassica Arvensis
Dokumentasi: Koletif Amateerrun
Penyunting: Marissa Anggita