Home Default Blog

PEMBATALAN SEPIHAK PERTUNJUKAN TEATER PAYUNG HITAM “WAWANCARA DENGAN MULYONO” OLEH KAMPUS ISBI BANDUNG
ARTIKEL

PEMBATALAN SEPIHAK PERTUNJUKAN TEATER PAYUNG HITAM “WAWANCARA DENGAN MULYONO” OLEH KAMPUS ISBI BANDUNG

Kelompok Teater Payung Hitam menghadapi serangkaian insiden dalam peringatan menuju hari jadinya yang ke-43 tahun pada 15/02/2025. Acara yang dijadwalkan berlangsung pada 15-16 Februari 2025, seharusnya menjadi momen peluncuran buku “Teks-Teks Monolog Rachman Sabur” yang memuat 10 naskah monolog teater karya Rachman Sabur dari tahun 1986 hingga 2024, sekaligus penampilan teater “Wawancara dengan Mulyono” pada pukul 20.00 WIB terpaksa dibatalkan setelah pihak kampus ISBI Bandung melakukan penggembokan terhadap pintu Ruang Studio Teater di Lantai 2 Gedung Kesenian Sunan Ambu, Kampus ISBI Bandung.

Baliho acara “Wawancara dengan Mulyono” sebelum diturunkan oleh pihak kampus ISBI Bandung pada 12 Februari 2025 (Foto: Resa Ramadhan/LPM Daunjati)

Sebelumnya, kelompok ini juga mengalami masalah terkait pemasangan baliho berukuran 3×4 meter di depan Gedung Kesenian Sunan Ambu ISBI Bandung pada 12 Februari 2025. Dimana, baliho tersebut diturunkan oleh pihak kampus pada 13 Februari dengan alasan keperluan dokumentasi. Meski sempat dipasang kembali pada 14 Februari, baliho tersebut kemudian hilang dan tidak dikembalikan kepada kelompok Teater Payung Hitam.  

Rachman Sabur, selaku pendiri kelompok Teater Payung Hitam, menyayangkan tindakan pihak kampus ISBI Bandung yang melakukan sikap penggembokan Studio Teater dan penurunan baliho hingga dua kali. 

“Lembaga tidak fair kalau mereka menolak dikatakan melarang. Ketika baliho diturunkan hingga dua kali, pagi tadi ruang Studio Teater juga sudah digembok. Jika bukan pelarangan, lalu apa artinya?” ujarnya.  

Terkait rencana untuk menampilkan “Wawancara dengan Mulyono” di waktu yang akan datang,  Rachman Sabur menyatakan tetap berupaya mencari solusi. 

“Iya, pasti. Saya mencoba mencari ruang dan tempat di luar, karena ini kan sudah dilarang. Pelarangan ini bukan hanya sebatas kasus dengan Mulyono saja. Barangkali, mungkin saya juga dilarang datang ke sini,” ujar Rachman. 

Lalu, Rachman juga menanggapi kemungkinan intervensi dari pihak luar. 

“Kemarin Bang Broer (Tony Supartono) dipanggil ke Polsek untuk menjelaskan segala sesuatunya, dan tidak ada masalah. Hanya di kita saja ada masalah,” tambahnya.  

Rachman Sabur dengan buku “Teks-Teks Monolog Rachman Sabur” dan pamflet “Wawancara dengan Mulyono” pada 15/02/2025 (Foto:M.Haikal.A.A/LPM Daunjati)

Rachman Sabur juga mengungkapkan kekecewaannya terhadap proses perizinan yang dinilai tidak transparan. 

“Sudah mengajukan surat perizinan pada 9 Januari, tapi itu dipersoalkan mulai 9 Februari. Padahal, yang saya tahu tidak ada itu izin ke rektor segala. Baru sekarang saya dipersoalkan,” jelasnya.  

Dalam mengambil sikap, Rachman Sabur memilih untuk mundur.

“Ya, ini kan bukan rumah saya. Kalau mereka melarang, walaupun tidak berani mengatakannya, ya sudah, saya mundur. Saya kuliah dan mengajar di sini mulai tahun ‘79,  mengabdi hingga pensiun, tapi inilah buahnya,” tutupnya.

 

Janggalnya Pernyataan Sikap dari Kampus ISBI Bandung

Press Release Pihak Kampus ISBI Bandung terkait pembatalan “Wawancara dengan Mulyono” pada laman akun Instagram @isbi.bandung_official
(Sumber: https://www.instagram.com/p/DGIRlfyJcpl/?img_index=2&igsh=bHlwcHltZTM1eDRh)

Pada 16 Februari 2025, pihak ISBI Bandung merilis pernyataan resmi melalui akun sosial Instagram  mereka yaitu @isbi.bandung_official  dengan mengatasnamakan Rektor Dr. Retno Dwimarwati, S. Sen., M. Hum. Pernyataan tersebut terdiri dari 8 poin pernyataan dan 6 pertanyaan. 

Dalam press release itu, pihak  ISBI Bandung menjelaskan bahwa Rachman Sabur, yang berencana mengadakan kegiatan pertunjukan, sudah meminta izin lisan kepada Ketua Jurusan, Fathul A. Husein. Namun, izin tersebut ditolak oleh Fathul A. Husein, yang kemudian mendapat nada respons tidak puas dari Pak Rachman. Selanjutnya, pada 9 Januari 2025, Pak Rachman mengajukan surat kerja sama peminjaman Studio Teater kepada Kepala Studio Teater, Irwan Jamal. Namun, meskipun surat tersebut telah dikirim, tidak ada tanggapan karena secara struktural Irwan Jamal juga tidak memiliki kapasitas untuk memberikan respons.

Kemudian pada 24 Januari 2025, informasi tentang pertunjukan sudah tersebar di berbagai media sosial . Menanggapi hal ini, dilakukan obrolan formal antara beberapa pihak terkait, termasuk dengan Kepala Biro, Irwan Guntari, Moch Wail, dan Tony ‘Broer’  Supartono. 

Pada pembicaraan tersebut, diputuskan bahwa lokasi pertunjukan harus dipindahkan untuk menjaga netralitas institusi pendidikan dari kepentingan politik dan SARA.  Meskipun adanya peringatan dan arahan untuk menghindari unsur politisasi, Rachman Sabur tetap melanjutkan latihan dan mempublikasikan poster pertunjukan pada 25 Januari 2025, yang menampilkan gambar mantan Presiden Jokowi. 

Setelah peringatan terkait potensi bahaya dari poster tersebut, gambar poster kemudian diubah menjadi wajah dari Tony ‘Broer’ Supartono. Pihak ISBI Bandung secara formal kemudian kembali melakukan dialog bersama dengan Tony ‘Broer’ Supartono dan Moh. Wail pada 30 Januari 2025,  Namun, Rachman Sabur tetap melanjutkan latihan di Studio Teater tanpa mengindahkan larangan dari kampus. Terakhir, Pihak ISBI Bandung menawarkan kepada Rachman Sabur untuk kembali mendatangi lembaga jika merasa keberatan terkait hal tersebut.

Selain itu, dalam poin pertanyaan, pihak kampus ISBI Bandung mengatakan bahwa dikarenakan izin masih berupa lisan, mereka tidak memiliki keharusan dalam menerbitkan surat pembatalan secara cetak. Lalu, mereka menyatakan sikap untuk turut memberi kewenangan dalam menjaga kampus dari kegiatan berunsur pro dan kontra serta ekses-ekses negatif, serta menegaskan bahwa penggembokan terhadap ruang Studio Teater sendiri telah dilakukan semenjak 14 Januari 2025.

Tony ‘Broer’ Supartono berbincang dengan salah satu pengunjung (kiri) dengan latar Studio Teater yang digembok oleh pihak Kampus ISBI Bandung , nampak pula Iman Soleh, dosen dan pendiri kelompok teater Celah Celah Langit (sebelah kanan), turut menghadiri acara “Wawancara dengan Mulyono” pada 15/02/2025 (Foto: M.Haikal.A.A/LPM Daunjati)

 

Tony ‘Broer’ Supartono selaku dosen Prodi Teater dan aktor dalam garapan teater “Wawancara dengan Mulyono” turut menanggapi hal tersebut, 

“Ketakutan terhadap pertunjukan ini tidak masuk akal, apresiator belum tentu bisa menjadi seorang revolusioner, negara Indonesia berubah, Jokowi masih gitu-gitu aja, Prabowo biasa aja. orang-orang setelah nonton juga bakal langsung tiduran dan makan” ujarnya.

Dalam unggahan Press Release tersebut, pihak kampus ISBI Bandung menunjukkan sejumlah kejanggalan dalam menyikapi kasus pembatalan pertunjukan “Wawancara dengan Mulyono” dari kelompok Teater Payung Hitam. Sebagai sebuah institusi pendidikan tingkat tinggi yang berfokus pada bidang kesenian, kampus ISBI Bandung sudah sepatutnya memiliki kesadaran untuk melakukan kuratorium atau diskusi secara mendalam pada serangkaian rehearsal atau latihan yang dilakukan oleh kelompok Teater Payung Hitam dalam garapan teater “Wawancara dengan Mulyono”. Namun, alih-alih membuka ruang dialog secara inklusif, pihak kampus  ISBI Bandung justru mengambil keputusan sepihak tanpa memberikan kesempatan lebih lanjut, yang dimana meskipun Kelompok Teater Payung Hitam telah mengubah gambar poster acara sebagai bentuk kompromi, pihak kampus ISBI Bandung tetap mengklaim pembatalan dengan alasan untuk menghindari unsur SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan), menjaga netralitas politik, serta mencegah dampak negatif yang mungkin timbul dari acara tersebut. 

Alasan tersebut tidak didukung oleh penjelasan konkret mengenai bagaimana pertunjukan teater yang dilakukan oleh kelompok Teater Payung Hitam dianggap melanggar prinsip-prinsip tersebut, jika perwakilan dari pihak kampus ISBI Bandung sama sekali belum pernah melihat pertujukan tersebut. Sikap yang dilakukan oleh kampus ISBI Bandung tersebut jelas sudah bertolak belakang dengan salah satu unsur Tridharma Perguruan Tinggi yaitu sikap untuk melakukan Penelitian sebagai kegiatan yang dilakukan secara terstruktur untuk mengumpulkan informasi, data, dan penjelasan berkaitan dengan pemahaman atau pengujian dalam suatu bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.


Penulis: M.Haikal.A.A

Dokumentasi: M.Haikal.A.A, Resa Ramadhan

Penyunting: Marissa Anggita