Home Default Blog

PERAYAAN INTERNATIONAL WOMEN’S DAY 2025: SUARA PEREMPUAN UNTUK KESETARAAN
ARTIKEL

PERAYAAN INTERNATIONAL WOMEN’S DAY 2025: SUARA PEREMPUAN UNTUK KESETARAAN

Setiap 8 Maret, dunia memperingati Hari Perempuan Internasional atau International Women’s Day (IWD), sebuah momentum penting untuk merayakan pencapaian perempuan, meningkatkan kesadaran akan diskriminasi, serta mendorong aksi nyata menuju kesetaraan gender. Dilansir dari laman International Women’s Day, perayaan ini telah berlangsung lebih dari satu abad, dan berbagai isu yang mempengaruhi perempuan masih menjadi perhatian global. IWD bukan hanya milik satu kelompok, tetapi merupakan gerakan kolektif bagi semua pihak yang peduli terhadap hak-hak perempuan dan kesetaraan gender.

Salah satu perayaan IWD 2025 adalah acara yang diinisiasi oleh Simpul Puan di Taman Dago, Cikapayang, pada Sabtu, 8 Maret 2025. Mengusung tema “Perempuan, Kehidupan, dan Pembebasan”, acara ini berlangsung meriah meskipun cuaca tidak mendukung, sehingga lokasi kegiatan dipindahkan di bawah Flyover Mochtar Kusumaatmadja (Pasupati), Cikapayang. Suara orasi dan pembacaan puisi menggema di tengah riuhnya lalu lintas.

Sebagaimana tajuknya, orasi dan tuntutan yang disuarakan dalam acara ini tidak hanya berfokus pada isu perempuan, tetapi juga mencakup berbagai persoalan sosial lainnya seperti perlindungan kepada kaum marginal, pengendalian harga bahan pokok yang semakin melonjak, peningkatan kesejahteraan petani, serta tuntutan agar tanah diperuntukkan bagi rakyat, bukan korporasi. Mereka juga menuntut dihentikannya berbagai bentuk ketidakadilan, termasuk tindakan represif terhadap kelompok rentan.

Beragam poster tuntutan saat IWD 2025. Bandung, 8 Maret 2025. (Foto: M. Haikal Athar A/LPM Daunjati)

Kevin, perwakilan dari Agrarian Resource Center (ARC), menekankan bahwa IWD sejatinya adalah hari perayaan dan refleksi atas berbagai persoalan gender dan seksualitas.

“Sejatinya IWD adalah hari perayaan terhadap perempuan sebagai bentuk perlawanan dan pengingat atas permasalahan terkait gender dan seksualitas yang berkembang, namun menurut saya sendiri perayaan women’s day saat ini adalah suatu momentum yang mengingatkan permasalahan sosial yang kita hadapi saat ini, sebenarnya interseksional dan saling berkesinambungan, baik itu permasalahan terkait gender, seksualitas, politik, terutama ekonomi,” ujar Kevin.

Kevin berharap perempuan Indonesia dapat bersolidaritas dengan kelompok minoritas untuk memperjuangkan hak-hak mereka. Ia yakin bahwa melalui persatuan, perjuangan melawan ketidakadilan akan semakin kuat.

“Saya harap perempuan di Indonesia bisa bersolidaritas bersama dengan kelompok minoritas lain, bersama kita berjuang dalam melawan sistem permasalahan sosial yang ada pada saat ini, karena saya yakin dengan persatuan tersebut akan menjadi suatu hal yang lebih kuat, jadi saya berharap dengan adanya momentum seperti IWD hari ini menjadi pengingat bahwa sebenernya masalah sosial tuh saling berkaitan,” ujarnya.

Salah satu partisipan IWD 2025 menyuarakan aspirasi lewat poster. Bandung, 8 Maret 2025. (Foto: M. Haikal Athar A/LPM Daunjati)

Sementara itu, Debby, salah satu peserta acara menyampaikan harapannya agar perempuan dapat terbebas dari patriarki dan ide-ide misoginis. “Harapan aku untuk perempuan tentunya agar bisa lepas dari patriarki dan ide-ide misogini, aku berharap gerakan perempuan bisa lebih terstruktur dan terorganisir karena sering kali kita tidak sadar sebenarnya kita sendiri adalah pelaku dari misogini dan patriarki itu sendiri, aku ingin ada kesadaran dari diri perempuan masing-masing untuk lebih support, dan memastikan dukungan terhadap perempuan perempuan lainnya tidak ada batasan atau ada kata cuma-cuma, tetapi benar-benar support secara utuh,” ungkapnya.

 

Perayaan IWD 2025 yang digelar oleh Simpul Puan adalah bentuk nyata bahwa perjuangan untuk dunia yang lebih setara terus berlangsung. Mengutip laman International Women’s Day, “Kisah perjuangan perempuan untuk kesetaraan bukan milik seorang feminis atau organisasi mana pun, melainkan milik upaya kolektif semua orang yang peduli terhadap hak asasi manusia.” Oleh karena itu, setiap individu memiliki peran dalam menciptakan perubahan positif bagi perempuan dan masyarakat secara keseluruhan.


Penulis: Azany Magrina Duarte
Dokumentasi: M. Haikal Athar A.
Penyunting: Rifka Rahma Dewi