Home Default Blog

ARTIKEL

REALISASI PENCIPTAAN RUANG AMAN MELALUI PASAR PUAN YANG DIGAGAS KOLEKTIF AMATEERRUN

Dalam suasana malam yang cerah sekitar pukul 19.00 WIB sebagaimana biasanya, aktivitas di lingkungan ISBI Bandung masih terlihat cukup ramai; ada yang baru pulang, nongkrong di kantin, dan melakukan beragam kegiatan di ruang-ruang dan sudut-sudut ISBI. Namun, ada yang cukup berbeda di hari Selasa tanggal 17 September 2024 lalu. Taman Buaya yang biasanya remang-remang dan sepi di hari biasa, dari jauh terlihat terang dan ramai oleh orang.

Di Taman Buaya yang ramai lagi terang oleh lampu sorot, ternyata sedang berlangsung ragam kegiatan yang memancing cukup banyak perhatian dan penasaran warga ISBI Bandung. Ragam kegiatan itu antara lain; baca tarot, lapakan macam-macam dagangan, sablon gratis, preloved, dan ragam kegiatan lain layaknya di pasar. Kegiatan pemanfaatan Taman Buaya sebagai ruang terbuka yang diinisiasi oleh Kolektif Amateerun ini bertajuk Pasar Puan.

Siluet pengunjung dalam Pasar Puan yang diinisiasi Kolektif Amateerun. Bandung, 17 September 2024.
(Foto : Purwa Sundani/LPM Daunjati)

Pasar Puan: Upaya Realisasi Ruang Aman Perempuan yang Berawal dari Keresahan

Menurut penuturan Ami dari kolektif Amateerun, Pasar Puan yang digelar di Taman Buaya mulanya berawal dari keresahan Ami dan kawan-kawan terkait minimnya ruang aman di ISBI Bandung bagi para perempuan. Ia menuturkan bahwa Pasar Puan yang diinisiasi oleh para perempuan ini merupakan salah satu langkah nyata dalam menciptakan ruang aman bagi para perempuan.

“Dari perspektif aku sama temen-temen aku yang lain, kita ngerasa kalau ruang aman di ISBI Bandung untuk perempuan tuh masih sangat minim, daripada (minimnya ruang aman) terus diomongin doang dan ga ada hasil apa-apa, gimana kalo kita aja yang nyiptain ruang aman untuk perempuan ini. Kita sebagai perempuan yang nyiptain, kita yang nyiptain rasa aman dan percaya, jadi kalo perempuan-perempuan mau berkarya, mau buka lapak tuh ga perlu takut lagi. Simpelnya mau bikin ruang aman aja.” tutur Ami.

Meskipun bertajuk Pasar Puan, kegiatan ini tak terbatas hanya pada partisipasi perempuan saja. Namun, laki-laki pun boleh ikut serta dalam Pasar Puan ini. Menurut Penuturan Yaafi dari kolektif Amateerun, pada mulanya kegiatan ini bertujuan untuk menarik partisipasi perempuan dalam menciptakan ruang aman. Meskipun demikian, partisipasi laki-laki dalam menciptakan ruang aman di Pasar Puan ini pun diperbolehkan.

“Tadinya Pasar Puan tuh tujuannya buat narik perempuan-perempuan, tujuannya kita mau nyiptain ruang aman buat perempuan. Dari Pasar Puan, kita jadiin pemantik buat acara kita kedepannya. Buat kedepannya, kita maunya bikin ruang aman buat perempuan. Cuma buat cowo juga kalo yang mau ikut (bikin ruang aman) juga boleh,” ujar Yaafi.

Selaras dengan penuturan Yaafi, Ami pun menyatakan bahwa Pasar Puan tidak terbatas pada partisipasi perempuan saja, melainkan siapa saja boleh ikut dan berpartisipasi dalam Pasar Puan selagi mau menciptakan ruang aman.

“Boleh siapa aja yang dateng, siapa aja yang mau nyiptain ruang aman bersama-sama.” Tutur Ami.

Pasar Puan dan Ragam Kegiatan di Dalamnya

Mengikuti tajuk Pasar Puan, kegiatan ini diisi oleh ragam aktivitas sebagaimana di pasar pada umumnya. Menariknya, barang-barang yang dijual di Pasar Puan pun ramah kantong dan terdapat free gifts bagi siapapun yang datang ke Pasar Puan. Selain jual-beli barang, ada pula beberapa kegiatan lain yang menarik perhatian, diantaranya baca tarot, piercing, dan sablon. Ami dari kolektif Amateerun kepada Daunjati menjelaskan apa saja kegiatan yang ada di Pasar Puan.

“Untuk kegiatannya beragam, namanya juga pasar. Seperti pasar pada umumnya, ada lapak-lapakan, tapi kebanyakan harga-harganya murah, banyak free gift juga. Terus ada workshop sablon, ada piercing, ada baca tarot, ada ngobrol. Ya, kan sebagaimana di pasar ada ngobrol sama siapa aja, kan, lalu ada performnya juga,” terang Ami.

Suasana di Pasar Puan. Bandung, 17 September 2024. (Foto : Purwa Sundani/LPM Daunjati)

Yaafi menuturkan bahwa free gifts yang ada di Pasar Puan ini pun beragam, mulai dari sticker, pantyliner, hingga pembalut. Selain itu, siapa pun dengan bebas boleh melapak di Pasar Puan.

“Kalo yang dateng ke sini tuh dapet free gifts, free gifts-nya ada pembalut, pantyliner, sama macem-macem, banyak. Terus di sini ada yang jualan boneka, jual kaos kaki. Yang mau ngelapak di sini juga boleh.” tutur Yaafi.

Beberapa pengunjung di salah satu lapakan kaos kaki di Pasar Puan. Bandung, 17 September 2024.
(Foto : Purwa Sundani/LPM Daunjati)

Tanggapan dan Harapan dari Pengunjung Pasar Puan

Pasar Puan yang diinisiasi oleh kolektif Amateerun sukses menjadi magnet dalam memancing rasa penasaran orang-orang untuk datang dan berpartisipasi di dalamnya. Hal ini dapat dilihat dari antusiasme pengunjung untuk datang ke Pasar Puan, salah satunya adalah Damian Bayu yang datang ke Pasar Puan karena dibawa oleh rasa penasaran. Damian sebagai pengunjung memberikan tanggapan bahwa Pasar Puan merupakan bentuk wadah positif bagi perempuan untuk bebas berekspresi, berkarya, dan setara dengan laki-laki.

“Menurut saya, Pasar Puan ini merupakan bentuk ekspresi temen-temen perempuan, di mana di Pasar Puan ini temen-temen perempuan bisa berkarya sebagaimana temen-temen kita yang laki-laki,” Damian menanggapi.

Selain memberikan tanggapan, Damian berharap bahwa digelarnya Pasar Puan tidak terbatas di sekitar ISBI Bandung saja. Ia berharap Pasar Puan ini dapat digelar di beberapa tempat di Kota Bandung, dan berharap gerakan seperti ini bisa meluas dalam skala nasional.

“Harapan saya kedepannya, Pasar Puan bisa terus ngasih tempat buat temen-temen kita yang perempuan untuk terus berekspresi, dan semoga kedepannya terus berkembang. Engga cuma di sekitaran  ISBI aja, tapi juga di seluruh Bandung, mungkin juga harapannya gerakannya bisa sampe ke seluruh Indonesia.” harap Damian.

Pasar Puan: Sebagai Pemantik Tumbuhnya Pasar-pasar Puan Lainnya

Yaafi dan Ami dari kolektif Amateerun menyampaikan harapan bahwa dengan digelarnya Pasar Puan yang diinisiasi oleh kolektif Amateerun, dapat menjadi semacam pemantik untuk hadirnya Pasar-pasar Puan lainnya.

“Harapan untuk kedepannya, semoga lebih banyak Pasar Puan yang lainnya. Engga kita yang buat juga boleh, asal acaranya rutin. Terus, yang penting engga menyimpang dari tujuan kita yang awal,” harap Yaafi.

“Harapannya, orang lain, perempuan-perempuan lain, ngadain vol-vol selanjutnya (dari Pasar Puan ini). Engga harus Pasar Puan namanya, misalnya di Jurusan Tari, kayak, ‘ayolah buat acara tari-tarian, udah kita aja yang bikin ga usah ngarepin institut,’ atau ternyata di luar-luar sana ada yang mau bikin vol-vol lainnya silakan.” harap Ami senada dengan Yaafi.

Antusiasme pengunjung Pasar Puan. Bandung, 17 September 2024. (Purwa Sundani/LPM Daunjati)

Yaafi berpesan bahwa jika perempuan mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan, jangan diam saja, tetapi laporkan. Selain itu, Yaafi berpesan untuk semua perempuan harus memiliki keberanian dan jangan lupa untuk datang ke Pasar Puan di volume berikutnya.

“Buat semua perempuan jangan takut kalo dapet perlakuan yang ga baik. Lapor aja, terus harus berani, jangan lupa dateng ke Pasar Puan di vol selanjutnya, ya!” pesan Yaafi.

Dari Pasar Puan yang diinisiasi oleh kolektif Amateerun, kita belajar bahwa untuk menciptakan ruang aman sejatinya perlu kesadaran dan inisiatif dari diri kita sendiri untuk menciptakan ruang aman bersama. Ruang aman tidak akan tercipta dari wacana dan obrolan tanpa aksi semata, melainkan harus melibatkan praktik dan inisiatif bersama yang nyata dalam menciptakannya.


Penulis : Purwa Sundani
Dokumentasi : Purwa Sundani, Kolektif Amateerun
Penyunting : Acep Muhamad Sirojudin