Home Default Blog

RIDWAN KAMIL PEJABAT PUBLIK PERTAMA YANG MENGHADIRI FESTIVAL TEATER REMAJA (FTR) SE-JAWA BARAT
ARSIP

RIDWAN KAMIL PEJABAT PUBLIK PERTAMA YANG MENGHADIRI FESTIVAL TEATER REMAJA (FTR) SE-JAWA BARAT

Ridwan Kamil sedang memberikan sambutan di Malam Penganugerahan FTR V se-Jawa Barat
Foto: Daunjati

Daunjati, Minggu malam (27/03) – Malam penutupan dan penganugerahan Festival Teater Remaja (FTR) ke-V untuk SMA/SMK se-Jawa Barat dihadiri Walikota Bandung Ridwan Kamil. Kehadiran walikota Bandung ini menjadi perhatian seluruh penonton yang hadir di Gedung Kesenian Sunan Ambu ISBI Bandung, jalan Buah Batu 212. Selain walikota Bandung, hadir pula rektor ISBI Bandung, Dr. Een Herdiani, Wakil Rektor 1 Dr. Benny Yohanes dan sejumlah tokoh teater seperti Rachman Sabur, Sugiyati Anirun, Sis Triadji, Iman Soleh, dkk.

Sejak digelar 8 tahun silam, Festival ini senantiasa mengundang pejabat publik untuk hadir, karena festival dianggap penting sebagai salah satu strategi kebudayaan kota. Inisiator festival Taufik Darwis pernah menyatakan festival ini digelar salah satunya untuk mengurangi ekses negatif kenakalan remaja, pada tahun pertama festival digelar sedang ramainya geng motor di kalangan pelajar kota Bandung dan ramainnya tawuran antar pelajar di beberapa wilayah di Jawa Barat.

Dewan Juri FTR V se-Jawa Barat, (Dari kanan) Diyanto, Ibed Surgana Yuga, Silvester Petara Hurit
Foto: Daunjati

Pada gelaran pertama 8 tahun silam, panitia mengundang Kadisbudpar Jawa Barat dan Walikota Bandung untuk hadir, tapi tidak mendapatkan tanggapan, dalam acara penutupan festival di tahun itu Semi Ikra Anggara sebagai ketua pelaksana pernah berkelakar dalam pidato penutupan  “Terima kasih kepada KADISBUDPAR Jawa Barat yang telah mendukung kami dengan doa”, sampai sekarang pidato itu banyak diingat orang. Demikian pula dalam gelaran FTR IV dua tahun silam, panitia mengundang Wakil Gubernur Jawa Barat Dedi Mizwar  yang notabene seorang aktor film dan mantan pemain teater jebolan Festival Teater Remaja Jakarta (Sekarang FTJ), juga tidak hadir, bahkan Dinas Pendidikan Jawa Barat menolak membantu menghubungkan lewat jalur formal. Absennya dukungan pemerintah Jawa Barat disebut oleh dosen teater Fathul A Husein sebagai sesuatu yang ironis.

Kehadiran Ridwan Kamil diawali postingan Iwan Setiawan (Ketua KMT ISBI Bandung) di-twitter, “sehari  sebelum penutupan,  saya nge-twitt walikota dan direspon. Dari respon itu akhirnya saya langsung meminta walikota untuk datang ke acara ini, dan ia menyetujuinya lewat asisten pribadinya yang menghubungi saya secara chat pribadi dari twitter, menyuruh untuk memberi surat undangan yang resmi ke-email asistennya untuk disampaikan ke Ridwan Kamil. Keesokan harinya ada konfirmasi bahwa Ridwan Kamil akan datang. Kami sangat mengapresiasinya, karena responnya cepat

Dibandingkan dengan pejabat pemerintahan yang lain, kerja walikota Bandung ini menjadi peluang terbukanya hubungan yang lebih dekat dengan masyarakatnya, dan lebih cepat bereaksi. Menurut Taufik Darwis hal demikian tidak pernah terjadi dengan walikota Bandung yang lain selama 8 tahun pagelaran festival ini, pun pejabat pemerintah Jawa Barat. Ridwan Kamil merupakan pejabat publik pertama yang hadir dalam festival ini.

Sejak datang ke lobi gedung Sunan Ambu terlihat kondisi kesehatan walikota tidak begitu sehat, tangannya terasa panas dan suaranya seperti kelelahan. Meskipun demikian dia tetap bersemangat saat menyampaikan pidatonya “Festival teater remaja sebagai salah satu dari banyak festival seni pertunjukan di Jawa Barat, sudah berhasil memediasi potensi teater yang ada di Jawa Barat dengan tanggung jawab mahasiswa sebagai juga agen yang meneruskan regenerasi seni itu sendiri, artinya kegiatan seperti ini diperlukan dan harus diperbanyak dan akan didukung oleh pemerintah kota Bandung ” ungkapnya.

Dia juga menjelaskan pada masa periode-nya kini yang menginjak dua setengah tahun terakhir, akan lebih banyak membuat program ‘kebudayaan’, dan merasa bahwa konsepsi pemerintahannya yang kemarin lebih kepada infrastruktur kota dan hal-hal yang nampak fisik sudah dirasa cukup selesai. Pada 2 tahun setengah terkahir jabatannya ini, akan melakukan pendekatan intensif dengan seniman lintas-disiplin untuk merumuskan apa yang dimaksud dengan Sunda-Bandung yang bisa dimedium-kan oleh seni visual, sastra, tari dan teater. Program Kebudayaan yang dimaksudkan fokus pada daya tawar kesenian terhadap kota Bandung, apa yang bisa dilakukan kesenian terhadap kota, dan apakah seni memiliki fungsi untuk kota.

Dihubungi melalui telpon inisiator sekaligus konsultan festival Semi Ikra Anggara menyatakan apresiasinya terhadap kepedulian walikota “Wah, setahu saya walikota sedang sibuk syukurlah kalau dia datang, beberapa kali saya buat janji buat urusan lain dia malah enggak bisa, haha”  saat ditanya motivasi politik walikota, Semi menjawab “Saya tidak tertarik menafsir-nafsir, apalagi menghubungkannya dengan monolog Tan Malaka yang kurang ‘kiri’ itu”. Sebelumnya pada tanggal 23 Maret pertunjukan monolog Tan Malaka yang rencananya digelar di IFI Bandung, dipaksa batal oleh sekelompok Ormas, meskipun akhirnya bisa digelar pada tanggal 24 Maret, rilis panitia menyebutkan monolog bisa digelar karena jaminan walikota, meskipun pada tanggal 24 Maret Tempo.co mengabarkan Ridwan Kamil membantah memberikan jaminan. Berita dari Tempo.co juga dimuat di laman FPI Online pada tanggal yang sama.

Para peraih penghargaan FTR V se-Jawa Barat 2016 | Foto: Daunjati

Festival Teater Remaja (FTR) se-Jawa Barat merupakan progam rutin yang dilaksanakan 2 tahun sekali oleh Keluarga Mahasiswa Teater (KMT) ISBI Bandung. FTR ini sudah berjalan untuk yang ke-V sejak pertama kali diselenggarakan pada tahun 2008 oleh mahasiswa teater kelas managemen seni angkatan 2005. FTR merupakan wadah pertemuan kelompok teater remaja setingkat SMA/SMK ataupun sanggar dalam batas usia 19 tahun.

Festival ini telah memunculkan sejumlah aktor kuat: Indrawan Setiadi (Subang) Gusdiya Ari Prakasa (Bandung) dan Indriani Putri (Bandung). Sutradara beken yang pernah terlibat adalah Aday Dayari (Sukabumi), Wildansyah Tangginas Kurnia (Garut), Eka Permana (Cianjur), Dendi Madya (Bekasi), Dian Ardiansyah (Bandung), Diding Hasanudin (Bogor) dan Giri Mustika (Kabupaten Bandung). Meskipun festival ini digelar di kota Bandung dan secara resmi ditutup oleh walikota Bandung festival kali ini absen dari kehadiran kelompok teater dari kota Bandung. Pada malam penganugerahan Teater Nur (SMK Nurul Islam Cianjur) menyabet 6 penghargaan, termasuk pementasan terbaik, dengan lakon Coitus Interruptus, sebuah lakon yang membawakan fenomena trafficking dan desain politik international yang dimetaforkan dalam kehidupan pabrik dan dunia badut-badut. [Ganda Swarna/GSW]