Home Default Blog

FESTIVAL LAKON, STUDIKLUB TEATER BANDUNG TURUT ANDIL MERIAHKAN BPF 2025
Seni

FESTIVAL LAKON, STUDIKLUB TEATER BANDUNG TURUT ANDIL MERIAHKAN BPF 2025

Auditorium Institut Francais Indonesia alias IFI yang bertempat di jalan Purnawarman, Kota Bandung sudah biasa menjadi tempat penyelenggaraan acara musik atau acara-acara kebudayaan lainnya.

Kini di Lembang, Institut Francais Indonesia tersebut sedang menyelenggarakan festival lakon se-Bandung. Event bertajuk Bandung Play Fest ini mengusung tema “Amatirisme Di Sudut Remang Bandung”. Festival ini hadir sebagai wahana presentasi naskah dari para penulis lakon baru atau “amatir”, BPF terangkai dalam beberapa acara yaitu: Pembacaan naskah lakon (dramatic reading), PasarLakon, dan Diskusi Panel, yang seluruhnya diselenggarakan selama tiga hari berturut-turut dari tanggal 10 hingga 12 Januari 2025.

Pembukaan Acara

Terdapat 20 lakon terpilih yang dipamerkan pada RayaLakon kali ini, dan 5 diantaranya dipentaskan dengan pembacaan dramatik” tutur Utta selaku Direktur Festival saat memberi sambutan. 

Menurut Utta, perhelatan khusus lakon ini dimaksudkan untuk membuka ruang interaksi antara para penulis lakon baru, kurator dan pembaca. Ini membuktikan bahwa “lakon bisa berdiri sendiri” tegasnya di akhir sambutan.

Ada 5 klub teater top yang terhimpun dalam event BPF ini, Salah satu diantaranya adalah Studiklub Teater Bandung, kelompok teater tertua di Indonesia sekaligus pionir dalam perkembangan teater Indonesia. Mereka turut andil memeriahkan pembacaan RayaLakon.

Pada kesempatan kali ini Studiklub Teater Bandung atau STB, membawakan naskah berjudul “Pulang ke Palung” karya Indah Mustika Santhi. Terkait lakon tersebut Arya Sanjaya, Sutradara STB ikut menanggapi “luar biasa, semua diramu dengan kehalusan tertentu oleh penulisnya”. jawabnya saat sesi wawancara dengan Daunjati, ia melihat memang banyak sekali yang masuk di dalam naskah, seperti dalam pengantarnya, bahwa disitu berbicara tentang HAM, banyak berbicara tentang psikologis, bahkan metafisika,  Dan hal itu “Menarik sih buat saya” imbuhnya. 

Penampilan RayaLakon “Pulang ke Palung”. Bandung, 10 Januari 2025. (Foto: Sophia Septiani/LPM Daunjati)

Di akhir acara pementasan, Daunjati sempat menanyai singkat Indah Mustika, ia merasa sangat berkesan karena lakon ciptaannya dibacakan oleh legenda perteateran Indonesia “yang pasti sangat bersyukur ya mas ya karena saya sebagai penulis independen, tentu sangat berterimakasih kepada kelompok teater yang telah membawakan naskah saya” ujarnya.

Antusiasme Pengunjung 

Meski di awal acara sempat turun hujan, namun tak menyurutkan antusias pengunjung untuk menonton. 20 tiket habis terjual, dan auditorium IFI Bandung yang berkapasitas maksimal 200 orang pun cukup terisi.

Sebagai pengunjung BPF di hari pertama, Adzkia juga menuturkan, “Ini experience pertama aku nonton lakon, jadi rasanya baru, beda, suasananya kaya lagi lihat latihan teater

Setelah pertunjukan selesai, PasarLakon dibuka dengan penjelasan Maria dan Gulang sebagai kurator naskah. Sebelumnya, ada 48 naskah yang dikurasi menjadi 42, dan yang ditampilkan dalam PasarLakon 20 naskah. Maria menuturkan, “Kami ingin melihat Bandung dari lakon itu sendiri. Lakon di Bandung sendiri masih remang-remang, seperti sudut di Bandung yang masih remang-remang. Sehingga melalui PasarLakon ini kami ingin menjangkau lebih jauh, kira-kira sudut yang remang-remang ini isinya apa saja”

Dengan kata pertama ‘Amatirisme’ Maria menjelaskan, “Banyak orang yang membandingkan amatir dengan profesional, sedang kami melihat amatirisme ini adalah ruang bebas dengan leluasa mengekspresikan dengan yang kita punya. Sehingga bisa bertukar pengalaman untuk di bagi ke orang lain.” 

Membaca Naskah di PasarLakon. Bandung, 10 Januari 2025. (Foto: Sophia Septiani/LPM Daunjati)

Dalam penjelasan Gulang, PasarLakon dibayangkan seperti pasar, terdapat 2 display dengan 20 susunan naskah yang mentah dan apa adanya yang terbebas dari interpretasi dan olahan hanya visual yang diambil secara literal naskah yang kasar. Dan disebelahnya ada auditori yang mentah berdasarkan teks naskah, berbentuk spektral. Lanjut dengan menjelaskan sistem transaksi yang menarik sebelum membaca naskah penulisan. 

“Di PasarLakon, aku gak nyangka kita bakal dapet struk dan barang berupa naskah. Diawal kita di jelasin untuk menghilangkan interpretasi, dan ternyata visual yang menarik untuk aku berhasil menyesuaikan ketertarikan aku juga” Tambah Adzkia.

PasarLakon dibuka sampai pukul 22.00, karena malam mulai larut, para pengunjung pun satu persatu beranjak pulang. Secara keseluruhan, acara BPF hari pertama berjalan lancar, banyak kesan menarik sebagai oleh-oleh untuk dibawa pulang. 


Penulis: Sophia Septiani, Jundighifari
Dokumentasi: Sophia Septiani
Penyunting: Ossa Fauzan N.